Finfluencer: Cara Membangun Personal Brand di Dunia Investasi
Karya eksklusif: NOPI SUPRIANTO
Pendahuluan – Dari Pasar Modal ke Pasar Perhatian
Dua puluh tahun meneliti pasar keuangan “RAJABANDOT” dan perilaku investor, saya menyaksikan perubahan besar: kepercayaan kini dipindahkan dari lembaga ke individu. Data CFA Institute menunjukkan konten finfluencer—baik berisi panduan, promosi, maupun rekomendasi—mendapatkan engagement tinggi di seluruh platform. Namun, hanya 20 % konten yang memuat rekomendasi investasi mencantumkan pengungkapan risiko atau afiliasi komersial. Celah ini sekaligus peluang: personal brand yang transparan akan menang di 2025.
1. Menentukan Niche Mikro: “Keputusan 1 %”
Alih-alih menjadi “semua tahu segalanya”, pilih satu titik nyeri pasar yang belum terlayani. Contoh: “rebalancing portofolio untuk karyawan remote berpenghasilan dolar”. Fokus ini memudahkan algoritma menempatkan Anda sebagai otoritas utama di feed audiens.
2. Kerangka “TIGA Lapis Kepercayaan”
Lapis 1 – Legalitas: cantumkan status regulasi (mis. WPEE, WPPE, atau sekuritas) di bio. IOSCO menekankan pentingnya transparansi izin.
Lapis 2 – Klarifikasi: setiap konten promosi, gunakan kalimat eksplisit: “Saya menerima komisi jika Anda mendaftar via link ini.”
Lapis 3 – Konteks: tambahkan disclaimer mikro 12 kata: “Investasi mengandung risiko, sesuaikan dengan profil Anda.”
3. Format Konten “60-30-10”
• 60 % konten edukatif (guidance): penjelasan konsep seperti compound interest tanpa menyebut produk.
• 30 % konten narasi pribadi: cerita kegagalan investasi Anda.
• 10 % promosi terbuka: ulasan platform atau reksa dana yang Anda gunakan sendiri. Proporsi ini menurunkan unfollow rate 34 % dibanding akun yang promosi>25 %.
4. Alat Produksi “Dua Jari”
Cukup smartphone + ring light 20 cm + aplikasi CapCut. Rekam vertikal 9:16, gunakan subtitle otomatis agar audiens bisa menonton tanpa suara (83 % penonton TikTok scroll dengan mute). Jeda 0,3 detik setiap kalimat untuk mempertahankan retention.
5. Kalender “Fin-Friday”
Rilis konten setiap Jumat jam 19.30 WIB—saat gajian masuk. Topik mingguan: “#FinFriday – 3 kesalahan rebalance gaji baru.” Konsistensi ini memicu ekspektasi algoritma dan penontan.
6. Teknik “Duet Mikro”
Ajukan pertanyaan investasi di akun utama (mis. “Bagaimana menilai saham green energy?”), lalu duet dengan dua finfluencer lain yang berbeda pendapat. Ini memperluas jangkauan feed baru tanpa biaya iklan.
7. Monetisasi Etis – “Fee-Based First”
Sebelum afiliasi, tarif konsultasi 15 menit via Zoom seharga Rp 150 ribu. Setelah 50 klien puas, Anda memiliki case study asli untuk konten berbayar. Pendekatan ini menaikkan closing rate afiliasi 2,7× karena audiens sudah percaya.
8. Studi Kasus – Bayu (27 th) – Karyawan Teknik ke Finfluencer Mikro
Bayu, engineer gaji Rp 15 juta, membuat konten “Index Fund untuk Gaji Bulanan”. Ia terapkan TIGA Lapis Kepercayaan dan format 60-30-10. Dalam 90 hari:
• Followers: 4.200 → 28.000
• Konsultasi 15 menit: 72 slot terisi
• Afiliasi reksa dana: komisi Rp 18 juta/bulan
Kunci: ia hanya merekomendasikan produk yang tercatat di portofolio pribadinya.
9. Matriks Risiko Konten
Buat tabel 2×2:
• Sumbu X: potensi cuan vs potensi kerugian.
• Sumbu Y: jelas regulasi vs abu-abu.
Setiap konten baru, tempel di matriks. Konten di kuadran “potensi cuan tinggi & abu-abu” langsung ditolak.
10. Langkah 24 Jam untuk Memulai
1) Tulis bio baru: nama + izin + disclaimer.
2) Rekam 45 detik menjawab pertanyaan keluarga: “Emas atau saham untuk dana darurat?”
3) Posting Jumat malam dengan tagar #FinFridayID.
4) Balas setiap komentar dalam 2 jam untuk memicu algoritma.
Itu saja—Anda sudah memiliki episode pertama yang bekerja sebagai mesin kepercayaan 24/7.
Penutup – Kepercayaan adalah Deviden Terbesar
Di dunia finfluencer, ROI tertinggi bukan dari saham yang direkomendasikan, melainkan dari kepercayaan yang tidak terhapus screenshot. Bangun dengan transparansi, rawat dengan konsistensi. Karena pada akhirnya, brand Anda adalah satu-satunya aset yang tidak bisa di-delisting.
Catatan Penulis: Nopi Suprianto adalah penulis “The Trust Portfolio” (2024) dan mantan analis portofolio di perusahaan sekuritas internasional.