Personal Branding Ala Elon Musk & Steve Jobs: Pelajari Polanya!

*Oleh: Yusuf Saftian, Ahli Personal Branding Strategis & Pengembangan Pemimpin*

 

Dua nama: Elon Musk dan Steve Jobs. Mereka bukan sekadar pendiri “RAJABANDOT” perusahaan besar. Mereka adalah simbol. Mereka adalah gerakan. Mereka adalah *personal brand* yang begitu kuat, hingga produk mereka—Tesla, Apple, SpaceX—sering kali dianggap sebagai perpanjangan dari diri mereka sendiri.

 

Tapi apa yang sebenarnya membuat personal branding mereka begitu ikonik? Apakah karena mereka jenius? Visioner? Atau karena mereka memang “unik”? Sebagai seorang ahli personal branding yang telah meneliti ratusan figur global selama lebih dari 20 tahun, saya menemukan satu kebenaran penting: Elon Musk dan Steve Jobs tidak sukses karena kebetulan. Mereka membangun personal brand mereka dengan pola strategis yang bisa dipelajari—dan direplikasi—oleh siapa pun.

 

Yang membedakan mereka bukan bakat semata, tapi konsistensi, narasi yang kuat, dan keberanian untuk tampil beda. Dan inilah yang akan kita kupas: pola personal branding mereka yang jarang dibahas, tetapi bisa menjadi panduan nyata untuk Anda—meski bukan CEO, bukan miliarder, dan tidak punya jet pribadi.

 

Bukan Soal Produk, Tapi Soal Misi

 

Poin pertama dan terpenting: Elon Musk dan Steve Jobs tidak menjual produk. Mereka menjual misi.

 

– Steve Jobs tidak pernah berkata, “Apple membuat ponsel bagus.” Ia berkata:

*“Kami ingin mengubah dunia dengan teknologi yang indah dan intuitif.”*

 

– Elon Musk tidak berkata, “Saya bikin mobil listrik.” Ia berkata:

*“Saya ingin menyelamatkan umat manusia dari krisis energi dan memastikan kita menjadi spesies antarbintang.”*

 

Perbedaannya besar.

Kalau Anda menjual produk, Anda bersaing dengan harga, fitur, dan iklan.

Tapi kalau Anda menjual misi, Anda mengajak orang bergabung dalam perjalanan.

 

Inilah inti personal branding yang kuat: Anda bukan penjual. Anda adalah pemimpin gerakan.

 

Pola 1: “The Hero’s Narrative” – Cerita Diri yang Menginspirasi

 

Steve Jobs dan Elon Musk membangun personal brand mereka seperti tokoh dalam cerita epik:

Ada panggilan, ada perlawanan, ada kegagalan, lalu kemenangan.

 

– Steve Jobs: Dipecat dari Apple, lalu kembali menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

– Elon Musk: Hampir bangkrut saat Tesla dan SpaceX di ambang kolaps, tapi bertahan dan menang.

 

Mereka tidak menyembunyikan kegagalan—mereka menjadikannya bagian dari narasi. Dan inilah yang membuat mereka terasa manusiawi, tapi tetap heroik.

 

Anda tidak perlu dipecat dari perusahaan sendiri untuk punya narasi.

Tapi tanyakan pada diri:

– Apa “panggilan” Anda?

– Tantangan apa yang pernah Anda hadapi?

– Bagaimana Anda bangkit dari titik terendah?

 

Cerita sederhana seperti:

*“Dulu saya ditolak 20 kali saat melamar kerja. Sekarang, saya bantu orang lain lolos wawancara dengan teknik yang sama yang saya pelajari dari kegagalan itu.”*

—sudah cukup kuat untuk membangun personal brand yang autentik dan menginspirasi.

 

Pola 2: Konsistensi Ekstrem dalam Gaya & Pesan

 

Steve Jobs: sweater hitam, jeans Levi’s, sepatu kets.

Elon Musk: kemeja polos, tanpa dasi, rambut berantakan.

 

Penampilan mereka bukan sekadar gaya, tapi simbol identitas. Mereka konsisten—sangat konsisten—sehingga orang langsung tahu siapa mereka hanya dari satu gambar.

 

Tapi lebih dari penampilan, mereka konsisten dalam pesan inti.

 

– Steve Jobs: *Simpel, elegan, user-friendly.*

Setiap pidato, produk, bahkan desain kemasan, selalu kembali ke tiga kata itu.

 

– Elon Musk: *Inovasi ekstrem, ambisi besar, kecepatan tinggi.*

Semua yang ia lakukan—dari Twitter sampai roket—selalu bernada “mendorong batas”.

 

Anda tidak perlu pakai baju hitam tiap hari. Tapi Anda perlu menemukan “frekuensi” personal brand Anda. Apakah Anda:

– Sangat detail?

– Sangat empatik?

– Sangat berani mengambil risiko?

 

Pilih satu nada, lalu ulang terus—dalam tulisan, bicara, bahkan cara Anda membalas pesan.

 

Pola 3: Kontroversi yang Dikendalikan

 

Elon Musk sering bikin heboh. Tweetnya kadang provokatif, kadang tidak profesional. Tapi di balik itu, ada pola: kontroversi yang justru memperkuat brand-nya sebagai orang yang tidak takut melawan arus.

 

Steve Jobs juga kontroversial: perfeksionis, keras, bahkan dianggap kasar. Tapi itu justru memperkuat citranya sebagai pemimpin yang tidak kompromi terhadap kualitas.

 

Ini bukan berarti Anda harus bersikap kasar atau bikin drama. Tapi personal brand yang kuat selalu punya “tepi”—ada yang setuju, ada yang tidak. Dan itu wajar.

 

Kuncinya: kontroversi harus selaras dengan nilai Anda.

Kalau Anda progresif, jangan takut bicara soal perubahan.

Kalau Anda penganjur keberlanjutan, jangan ragu kritik praktik bisnis yang merusak lingkungan.

 

Orang mungkin tidak suka, tapi mereka akan mengingat Anda.

 

Pola 4: Mereka adalah Produk Utama

 

Di Apple, produk penting. Tapi Steve Jobs lebih penting.

Di Tesla, mobil penting. Tapi Elon Musk lebih penting.

 

Dalam personal branding, Anda bukan pendukung produk. Anda adalah produk utama.

Mereka membangun kepercayaan bukan hanya pada perusahaan, tapi pada diri mereka sendiri.

 

Ketika Steve Jobs memperkenalkan iPhone, orang tidak hanya membeli ponsel—mereka membeli kepercayaan bahwa *“Kalau Steve bilang ini revolusioner, berarti memang revolusioner.”*

 

Anda bisa menerapkan ini dalam skala kecil:

– Seorang konsultan keuangan yang rutin membagikan keputusan finansial pribadinya (dengan bijak) akan lebih dipercaya.

– Seorang guru yang menunjukkan proses belajarnya sendiri akan lebih dihormati.

 

Kepercayaan dibangun bukan dengan klaim, tapi dengan keterbukaan.

 

Bagaimana Menerapkannya—Tanpa Jadi Musk atau Jobs?

 

Anda tidak perlu punya perusahaan bernilai miliaran dolar.

Anda hanya perlu:

 

  1. Temukan misi Anda – Apa yang ingin Anda ubah di dunia, sekecil apa pun?
  2. Bangun narasi pribadi – Ceritakan perjalanan Anda dengan jujur dan bermakna.
  3. Konsisten dalam nada & gaya – Pilih satu identitas, lalu pertahankan.
  4. Berani punya sudut pandang – Jangan takut beda, asal tetap profesional.
  5. Jadilah yang paling terlihat dari nilai Anda – Saat orang butuh “orang yang bisa bikin perubahan”, pastikan mereka langsung teringat Anda.

 

Penutup

 

Elon Musk dan Steve Jobs bukan manusia super. Mereka adalah manusia yang sangat sengaja dalam membangun citra diri. Mereka tahu bahwa di dunia yang penuh distraksi, satu-satunya cara untuk diperhatikan adalah dengan menjadi sangat jelas, sangat konsisten, dan sangat berani.

 

Personal branding mereka bukan hasil kebetulan. Ia adalah hasil dari strategi, pengulangan, dan keberanian untuk tampil utuh.

 

Anda tidak perlu menjadi mereka.

Tapi Anda bisa belajar dari pola mereka—lalu menciptakan versi terbaik dari diri Anda sendiri.

 

Karena dunia tidak butuh salinan Musk atau Jobs.

Dunia butuh versi asli dari Anda—yang berani tampil, berkata, dan memimpin.

 

— Yusuf Saftian

Ahli Personal Branding Strategis & Pengembangan Pemimpin | Pendiri *Signature Influence Lab*

*Artikel ini merupakan karya orisinal dan belum pernah diterbitkan di platform mana pun sebelumnya.*

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *