Cara Jawab ‘Ceritakan Tentang Dirimu’ dengan Personal Brand Kuat
*Oleh: Yusuf Saftian, Ahli Personal Branding & Komunikasi Profesional*

Dalam setiap wawancara kerja, presentasi, atau pertemuan profesional, ada satu pertanyaan yang hampir pasti muncul di menit-menit awal:
“Ceritakan tentang dirimu.”

Pertanyaan yang terdengar “RAJABANDOT” sederhana ini justru menjadi jebakan bagi banyak orang—terutama mereka yang belum tahu bagaimana menyusun narasi diri yang kuat. Mereka menjawab dengan:
*”Saya lulusan Teknik Sipil dari Universitas X, IPK 3.7, suka membaca, dan ingin berkembang di perusahaan ini.”*

Benar? Ya.
Menarik? Tidak.

Padahal, di balik pertanyaan seolah-olah “ringan” ini, rekruter sebenarnya sedang menguji dua hal:
1. Apakah kamu tahu siapa dirimu secara profesional?
2. Apakah kamu punya personal brand yang meyakinkan?

Artikel ini adalah panduan eksklusif yang belum pernah ditulis di internet sebelumnya—karena saya, Yusuf Saftian, selama lebih dari 20 tahun telah membantu ribuan profesional membangun identitas diri yang tidak hanya diingat, tapi juga dihargai.

Mengapa “Ceritakan Tentang Dirimu” Bukan Sekadar Perkenalan?

Kebanyakan orang menganggap pertanyaan ini sebagai formalitas. Mereka menjawab seperti membaca CV: nama, jurusan, pengalaman, lalu berhenti.

Padahal, ini adalah kesempatan emas untuk membangun kesan pertama yang tak terlupakan.

Bayangkan:
Anda bukan hanya melamar kerja. Anda sedang menjual nilai, visi, dan kontribusi Anda. Dan cara Anda menjawab pertanyaan pertama ini akan menentukan nada seluruh percakapan.

Rekruter tidak mencari biografi. Mereka mencari narasi yang meyakinkan bahwa Anda adalah orang yang tepat—bukan karena Anda “lulus dengan predikat”, tapi karena Anda punya misi, konsistensi, dan keunikan.

Langkah 1: Bangun Cerita dengan Struktur “3P”

Saya mengembangkan kerangka unik yang saya sebut “3P”: Passion, Path, Purpose. Ini bukan sekadar trik retorika—ini adalah cara alami membangun cerita yang autentik dan profesional.

# 1. Passion (Gairah Profesional Anda)
Mulailah dengan sesuatu yang membuat Anda bersemangat.
Contoh:
*”Saya selalu tertarik pada bagaimana data bisa mengubah keputusan bisnis. Sejak kuliah, saya suka mengolah data sederhana untuk melihat tren perilaku mahasiswa.”*

Ini langsung menunjukkan minat yang spesifik—bukan sekadar “saya suka komputer”.

# 2. Path (Perjalanan yang Membentuk Anda)
Ceritakan 1–2 pengalaman penting yang membentuk kompetensi Anda—bisa dari kuliah, organisasi, proyek mandiri, atau bahkan kegagalan.
Contoh:
*”Saat menjadi koordinator acara kampus, saya menyadari betapa pentingnya perencanaan anggaran. Saya mulai mempelajari dasar-dasar Excel dan membuat sistem pelaporan yang akhirnya digunakan oleh 3 divisi lain.”*

Di sini, Anda tidak hanya bercerita—Anda menunjukkan kemampuan belajar, inisiatif, dan dampak.

# 3. Purpose (Tujuan Anda di Tempat Ini)
Tutup dengan kaitan antara perjalanan Anda dan posisi yang dilamar.
Contoh:
*”Saya ingin terus mengembangkan kemampuan analisis data, terutama dalam konteks operasional. Saya melihat perusahaan ini sangat data-driven, dan saya ingin menjadi bagian dari tim yang menggunakan data untuk membuat perubahan nyata.”*

Anda tidak mengatakan “saya butuh kerja”. Anda mengatakan: “Saya punya tujuan, dan Anda adalah bagian dari perjalanannya.”

Langkah 2: Sisipkan “Kata Kunci Branding” Secara Alami

Personal brand yang kuat selalu punya kata kunci—kata yang mewakili identitas profesional Anda.

Misalnya:
– “Problem solver”
– “Penggerak perubahan”
– “Pemikir strategis”
– “Komunikator efektif”

Tapi jangan asal menyebut. Sisipkan secara alami dalam cerita.
Contoh:
*”Dalam banyak proyek kampus, saya sering dipanggil saat tim menghadapi hambatan teknis. Saya senang mencari solusi yang sederhana tapi efektif—mungkin karena saya memang lebih suka jadi *problem solver* daripada hanya menunggu instruksi.”*

Kata “problem solver” muncul bukan sebagai klaim, tapi sebagai deskripsi alami dari perilaku Anda.

Langkah 3: Hindari 3 Kesalahan Fatal

Banyak orang merusak kesan pertama karena tiga kesalahan:

1. Terlalu Umum
*”Saya orangnya tekun, jujur, dan suka bekerja keras.”*
→ Klise. Semua orang bisa mengatakan itu.

2. Terlalu Panjang atau Terlalu Singkat
Cerita yang terlalu panjang membuat bosan. Terlalu singkat terasa datar. Idealnya: 60–90 detik.

3. Tidak Relevan dengan Posisi
Jangan bercerita tentang pengalaman jadi panitia lomba paduan suara jika Anda melamar sebagai analis keuangan—kecuali Anda bisa kaitkan dengan keterampilan seperti manajemen waktu atau kerja tim.

Langkah 4: Latih dengan “Versi Singkat, Sedang, Panjang”

Saya ajarkan klien saya untuk membuat tiga versi jawaban:

– Singkat (20 detik) → Untuk perkenalan cepat atau networking.
*”Saya mahasiswa Ekonomi yang fokus pada pengembangan UMKM. Saya baru saja selesai membantu 5 pelaku usaha mikro membangun strategi digital sederhana.”*

– Sedang (60 detik) → Untuk wawancara kerja. Gunakan struktur 3P.

– Panjang (2 menit) → Untuk presentasi atau sesi tanya jawab mendalam. Tambahkan contoh konkret dan refleksi.

Dengan ini, Anda siap di segala situasi.

Langkah 5: Jadikan Jawaban Anda “Tanda Tangan Profesional”

Orang-orang yang punya personal brand kuat dikenal karena cara mereka bercerita tentang diri sendiri.

Contoh:
– Steve Jobs tidak hanya bercerita tentang Apple. Ia bercerita tentang *menggabungkan seni dan teknologi*.
– Oprah tidak hanya bercerita tentang acara TV. Ia bercerita tentang *memberi suara pada yang tak bersuara*.

Anda pun bisa punya “tanda tangan” seperti itu.

Tanyakan pada diri:
– Apa tema besar dalam perjalanan hidup profesional saya?
– Apa pola yang selalu muncul dalam keputusan saya?
– Nilai apa yang selalu saya perjuangkan?

Jika Anda konsisten membawa tema itu dalam setiap jawaban “ceritakan tentang dirimu”, orang akan mengingat Anda bukan karena kata-kata Anda, tapi karena makna di baliknya.

Penutup: Jadilah Narator Hidup Anda Sendiri

Anda bukan sekadar kumpulan gelar dan pengalaman. Anda adalah pemilik dari sebuah kisah profesional yang sedang berkembang.

Setiap kali Anda diminta “ceritakan tentang dirimu”, jangan hanya menjawab.
Tunjukkan siapa Anda.

Gunakan struktur 3P. Sisipkan kata kunci branding. Hindari kesalahan umum. Dan yang terpenting—bicaralah dari hati, tapi dengan strategi.

Karena di dunia yang penuh dengan orang yang bisa mengerjakan tugas, yang paling diingat adalah mereka yang bisa menceritakan mengapa mereka melakukannya.

Dan itulah personal brand yang kuat.

*Yusuf Saftian adalah ahli personal branding dengan pengalaman lebih dari dua dekade membimbing profesional muda, eksekutif, dan pemimpin organisasi di Asia Tenggara. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki cerita yang layak didengar—jika mereka tahu cara menceritakannya dengan benar.*

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *